Lonceng Besar Yang Dipasang Di Menara Gereja

Lonceng Besar Yang Dipasang Di Menara Gereja

Gereja di Indonesia pertama kali hadir sejak sekitar ke-17 Masehi. Sejak saat itu, sampai sekarang di Indonesia terdapat banyak sekali jenis-jenis (aliran/denominasi/sekte) gereja.

Pada umumnya gereja-gereja Kristen di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga aliran utama, yaitu:

Khusus untuk gereja-gereja dari aliran ritual Pentakosta kadang-kadang digolongkan terpisah dari kelompok gereja-gereja Protestan karena perbedaan ritual dan pengakuan iman, meskipun dari sejarahnya gereja Pentakosta muncul dari denominasi-denominasi ajaran Protestan.

Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks di Indonesia tidak terbagi-bagi menurut denominasi sebagai mana halnya yang ada pada gereja-gereja Protestan/Pentakosta. Karena gereja Protestan dan aliran Pentakosta terbagi-bagi menjadi unsur gereja yang lebih kecil maka gereja-gereja Kristen Protestan (termasuk Pentakosta) memiliki banyak cabang bahkan di setiap daerahnya. Gereja-gereja tersebut dapat diklasifikasikan menurut ajaran teologi, kelompok etnis, bahasa pengantar, atau gabungan dari ketiganya.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai sejarah gereja berdasarkan rujukan dari buku Dr. Huub J.W.M. Boelaars, OFM Cap., dan sumber-sumber lain yang searah dengan literatur ini, namun banyak menuai kritikan karena kekeliruan yang telah disebutkan di atas.

Katolik Roma pertama tiba dari Ordo Karmel pada tahun 1511 di tanah Aceh dan tahun 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.

Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpengaruh oleh ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Gereja pertama di Indonesia diberi nama Gereja Sion.[1] Gereja ini dikenal juga dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis berada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya. Peresmian gedung gereja dilakukan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695 dengan dihadiri gubernur jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas.

Gereja Katolik merupakan gereja yang memiliki persekutuan dengan Paus, atau Uskup Roma, yang memegang otoritas tertinggi setelah Dewan Kardinal. Gereja Katolik terdiri dari Gereja Katolik Roma (Ritus Latin) dan 23 Gereja Katolik Ritus Timur. Karena secara umum Gereja Katolik di Indonesia berasal dari Misi Portugis dan Spanyol (Santo Fransiskus Xaverius adalah orang Spanyol), Gereja Katolik di Indonesia mengikuti Ritus Latin. Gereja Katolik di Indonesia terbagi dalam 37 keuskupan yang dikelompokan ke dalam 10 provinsi gerejawi ditambah dengan 1 Ordinariat Militer. Keuskupan-keuskupan tersebut membentuk suatu organisasi koordinatif yang disebut Konferensi Waligereja Indonesia, beranggotakan para uskup di Indonesia.

Berikut beberapa gereja Protestan yang ada di Indonesia. Cabang/pemekaran/pecahan dari suatu gereja ditandai dengan sub-bagian.

Banyak sinode gereja di Indonesia yang berbasis kesukuan karena pengaruh penginjilan yang berbeda-beda tiap suku. Jemaat dalam gereja berbasis kesukuan biasanya adalah orang-orang yang berasal dari latar belakang suku yang sama. Selain itu, terdapat pula liturgi dengan bahasa suku tersebut dalam tata ibadah gerejanya. Gereja-gereja tersebut antara lain:

Pembagian Gereja-gereja beraliaran Protestanisme di Indonesia menurut denominasinya yaitu:

Gereja Lutheran di Indonesia hanya tersebar di pulau Sumatra saja, khususnya di Sumatera Utara, Rejang, dan Mentawai, yakni wilayah pelayanan misi RMG kala itu.

Gereja Lutheran di Sumatera Utara:

Gereja Lutheran di Kepulauan Nias:

Gereja Lutheran di luar Sumatera Utara:

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang paling mutakhir di Indonesia. Namun, menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, sebetulnya Gereja Ortodoks ini justru adalah gereja yang pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).[2]

Tanpa diketahui sebab-sebabnya, Gereja yang kehadirannya diketahui lewat prasasti dari tahun 600-an M ini kemudian hilang begitu saja yang mungkin akibat faktor peperangan dan baru muncul kembali di Indonesia sekitar akhir tahun 1960-an dengan kedatangan Kanisah Orthodox Syria dikota Samarinda. Di negara-negara Eropa Timur, Asia Kecil, Anatolia, Timur Tengah, Asia Selatan dan di India, Gereja Ortodoks telah hadir selama berabad-abad dan tidak pernah hilang seiring zaman berganti, khususnya di Timur Tengah, Gereja ini telah hadir sejak abad pertama ketika kali pertama Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus.

Gereja Ortodoks di Indonesia hadir secara resmi tahun 1960 dan pada 1980 gereja ortodoks memiliki nama resmi Gereja Ortodoks Indonesia (GOI), tetapi baru mendapat izin Departemen Agama pada tahun 2006. Gereja Ortodoks Indonesia di bawah penggembalaan Metropolitan Hilarion, Uskup Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia (ROCOR), tetapi ada pula yang di bawah penggembalaan Uskup Konstantinos Tsilis, Uskup Gereja Ortodoks Yunani Konstantinopel. Selain itu terdapat Kanisah Ortodoks Siria (KOS) yang bukanlah lembaga gereja. Kehadiran KOS di Indonesia hanya sebatas wacana.

Selain Gereja-gereja di atas, ada pula Gereja-gereja lain yang ajarannya sering dianggap terlalu jauh bedanya dengan Gereja-gereja Kristen yang disebutkan diatas tadi, gereja-gereja itu antara lain seperti: Gereja Mormon, Saksi Yehuwa atau menara kudus Yehovah, dan Christian Science yang merupakan gerakan restorasi gereja, (lihat Restorasionisme).

Gereja Kristen Ortodoks di Amerika ( OCA ) adalah sebuah gereja Kristen Ortodoks Timur yang berbasis di Amerika Utara . OCA sebagian diakui sebagai autocephalous dan terdiri dari lebih dari 700 paroki , misi, komunitas, biara dan institusi di Amerika Serikat , Kanada , dan Meksiko .[1] : 68 [1][1] Pada tahun 2011, diperkirakan memiliki 84.900 anggota di Amerika Serikat.

Templat:Eastern Orthodox sidebar Templat:Orthodoxyinamerica

OCA berawal dari sebuah misi yang didirikan oleh delapan biarawan Kristen Ortodoks Rusia di Alaska , yang kemudian menjadi bagian dari Amerika Rusia , pada tahun 1794. Ini berkembang menjadi keuskupan penuh Gereja Kristen Ortodoks Rusia setelah Amerika Serikat membeli Alaska dari Rusia pada tahun 1867. Oleh akhir abad ke-19, Gereja Kristen Ortodoks Rusia telah berkembang di daerah lain di Amerika Serikat karena kedatangan imigran dari daerah Eropa Timur dan Tengah , banyak dari mereka sebelumnya dari Gereja Kristen Katolik Timur ("Katolik Yunani"), dan dari Timur Tengah. Para imigran ini, terlepas dari kebangsaan atau latar belakang etnis, dipersatukan di bawah satu keuskupan Gereja Kristen Ortodoks Rusia di Amerika Utara.

Setelah Revolusi Bolshevik , Patriark Tikhon dari Moskow mengarahkan semua gereja Kristen Ortodoks Rusia di luar Rusia untuk mengatur diri mereka sendiri secara otonom.[1] Gereja Kristen Ortodoks di Amerika menjadi Gereja Kristen Katolik Yunani Kristen Ortodoks Rusia yang berpemerintahan sendiri di Amerika pada tahun 1924 di bawah kepemimpinan Metropolitan Platon (Rozhdestvensky), yang populer disebut Metropolia (dari bahasa Rusia : ополия ). Gereja Kristen Katolik Yunani Kristen Ortodoks Rusia di Amerika diberikan autocephaly oleh Gereja Kristen Ortodoks Rusia pada tahun 1970, dan berganti nama menjadi Gereja Kristen Ortodoks di Amerika. Hirarkinya adalah bagian dariMajelis Uskup Kristen Ortodoks Kanonik Amerika Serikat .

Tidak seperti kebanyakan yurisdiksi Kristen Ortodoks di Amerika Serikat, OCA tidak memiliki ketertarikan terhadap kebangsaan asing tertentu, tetapi sebagian besar anggota OCA beretnis Euro-Amerika , dan sebagian besar pendeta OCA adalah mereka yang lahir dan besar di Amerika Serikat. Namun, OCA memiliki keuskupan etnis minoritas lainnya untuk imigran Rumania, Bulgaria, dan Albania. Selain itu, sebagai konsekuensi dari sejarah, kelompok etnis tertentu (khususnya orang Amerika Ruthenia dan Penduduk Asli Alaska ) secara tidak proporsional terwakili di OCA dibandingkan dengan populasi umum. Tradisi liturgi dan gereja, seperti bentuk nyanyian, jubah, ikonografi, penggunaan bahasa Slavonik Gereja , dan arsitektur secara luas mencerminkan tradisi liturgi dan gereja.Kristen Ortodoksi Rusia .

Secara resmi diakui sebagai autocephalous oleh beberapa gereja Kristen Ortodoks, sebagian besar yang berbasis di negara-negara Slavia. Gereja-gereja yang tersisa tidak mengakui OCA sebagai autocephalous, meskipun mereka mengakui sifat pemerintahan sendiri dari gereja. Meskipun menjadi subyek perselisihan politik dan gerejawi, kontroversi ini tidak merusak persekutuan antara OCA dan Gereja Kristen Ortodoks Timur yang lebih luas.

KITAB SUCI +Deuterokanonika

PROSEDUR PERNIKAHAN GEREJA KATOLIK

Pendaftaran pernikahan di Gereja melalui Sekretariat pada paroki masing-masing pada hari kerja (hari kerja dan waktu buka seketariat disesuaikan masing-masing paroki

Membawa surat pengantar dari lingkungan calon mempelai (baik Pria dan wanitanya). Dalam hal ini Surat Pengantar untuk mengikuti KPP (Kursus Persiapan Perkawinan)

Membawa Foto Copy Surat Baptis yang diperbaharui :

Surat Baptis yang diperbaharui berlaku 6 bulan samapai dengan hari H (Pernikahannya)

C. PERNlKAHAN CATATAN SIPIL

TIPS menghemat Biaya pernikahan

Kebijakan Paroki Tentang Pernikahan Pada Masa Khusus Pada prinsipnya gereja dilarang merayakan misa ritual pada hari Minggu selama masa khusus. Aturan ini tercantum dalam Misale Romanum terbaru art. 372. beberapa hal yang harus diperhatikan melalui pernyataan di atas adalah:

Masa persiapan kita untuk menyongsong pesta Natal (hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus); sekaligus masa penantian eskatologis (kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, yaitu dalam kemuliaan-Nya pada akhir jaman).

Abu adalah sisa-sisa pembakaran daun palma yang telah kering yang berwarna hitam. Dalam Kitab Suci, abu antara lain mengungkapkan:

Dalam upacara Rabu Abu (awal masa prapaskah) dahi kita diberi abu untuk mengungkapkan kelemahan dan dosa kita yang ditandai dalam proses matiraga (puasa dan pantang) dan tobat.

Mempersiapkan para calon Baptis untuk memberi arti dan menghidupi sakramen Baptis yang akan mereka terima pada Hari Raya Paskah/Masa Paskah. Mempersiapkan seluruh umat beriman akan Yesus Kristus untuk bisa lebih memaknai dan menghayati hidup dalam persatuan  dengan sengsara-wafat-kebangkitan-Nya.

Pekan Suci (Minggu Palma - Kamis Putih - Jumat Agung -  Sabtu Suci -Malam Paskah - Minggu Paskah)

Perayaan kemenangan Kristus Raja dengan penyambutan-Nya di Yerusalem; sekaligus pewartaan penderitaan-Nya sebagai jalan menuju kemuliaanNya.

Mengalami kembali tiga penstiwa penting, yaitu:

Merenungkan sengsara Tuhan Yesus Kristus, domba kurban  kita yang dipersembahkan dan kita menyembah salibNya (lih. 1Kor 5:7) melalui Sabda yang diperdengarkan untuk kita semua. Gereja mau menampilkan keikutsertaannya pada detik-detik terakhir sengsara dan wafat Yesus. Dan lewat Sabda yang dibacakan hari itu terungkaplah kekayaan teologi salibi pengorbanan total Allah untuk kita. Permenungan ini berangkat dari luka Kristus yang wafat pada salib disertai dengan doa bagi keselamatan seluruh dunia. Sifat Jumat Agung yang demikian ini menyadarkan kita untuk menghayatinya secara khusus sebagai hari tobat.

Merenungkan penderitaan, wafat, dan turunnya Kristus ke  alam maut / dunia orang mati (lih. 1Pet 3:19). Saat itulah Yesus mewartakan keselamatan kekal kepada mereka yang mati sebelum Kristus hadir secara fisik. Begitu pentingnya makna Sabtu Suci ini sehingga tidak deperkenankan mengadakan sakramen-sakramen kecuali sakramen tobat dan sakramen pengurapan orang sakit (lih. Litterae Circurales De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrands art. 75).

Merupakan malam tirakatan (vigili) bagi Tuban (bdk. Kel 12:42 sikap berjaga-jaga bangsa di Israel yang akan dibebaskan dari perbudakan Mesir). Tirakatan ini diadakan untuk mengenang malam kudus Tuhan yang bangkit. Perayaan ini HARUS dilaksanakan pada waktu malam dan berakhir setelah fajar Minggu. Seperti umat Israel yang dibimbing oleh tiang api saat keluar dari Mesir, demikian juga orang-orang Kristiani pada gilirannya mengikuti Kristus Sang cahaya abadi dalam kebangkitan-Nya.

Hari raya kebangkitan Tuhan telah tiba! Dengan demikian misa Minggu Paskah HARUS dirayakan dengan meriah.

Delapan hari khusus gereja untuk merayakan puncak dan inti iman kita akan Yesus Kristus yang bangkit untuk kita.

Peringatan arwah semua orang beriman (setiap tgl. 02 November)

Peringatan Gereja secara khusus bagi semua orang yang telah meninggal dunia untuk memperoleh indulgensi (kemurahan hati atau pengampunan Allah) mela1ui doa-dao yang kita panjatkan.

Berdasarkan makna dan suasana masa khusus dari dua dokumen liturgi, yaitu: Misale Romanum dan Litterae Circurales De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrands, Biasanya ada kebijakan (tergantung paroki setempat) berkaitan dengan perayaan upacara pemikahan, sbb:

Hiasan bunga diijinkan hanya di sekitar altar.

Tidak menggunakan karpet di lorong.

Tidak ada hiasan bunga di sepanjang lorong menuju altar.

Tidak ada hiasan bunga di pintu masuk gereja.

Warna liturgi mengikuti masa yang berlaku

Kasula imam berwarna putih.

Mempelai diperkenankan membawa bunga tangan.

Diperkenankan mempersembahkan bunga di patung Maria.

Hiasan bunga TlDAK DIIJINKAN sarna sekali dan diganti

dengan dedaunan secukupnya di sekitar altar.

Tidak menggunakan karpet di lorong

Tidak ada hiasan bunga di sepanjang lorong menuju altar

Tidak ada hiasan bunga di pintu masuk gereja

Wama liturgi mengikuti masa yang berlaku

Orgen/alat musik lainnya hanya bersifat mengiringi lagu (tidak ada instrumental)

Lagu-Iagu juga tidak sebanyak masa liturgi umum (dikonsultasikan dengan imam)

Kasula imam berwarna putih

Mempelai diperkenankan membawa bunga tangan

Diperkenankan mempersembahkan bunga di patung Maria

2. Dalarn upacara Rabu abu, pekan suci, oktaf paskah, dan peringatan arwah semua orang beriman 2 November TlDAK DIIJINKAN untuk melangsungkan upacara pernikahan.

3. Kebijakan ini akan berubah (bersifat tentatif) setelah dokumen khusus tentang pernikahan dari KWI mendapat pengesahan dari Vatikan dan diberlakukan di Keuskupan-keuskupan di Indonesia.